Jumat, 21 Oktober 2016

Sejarah Pembantaian: Tartar & Pembantaian 800.000 Muslim Baghdad

Baghdad, ibukota kekholifahan Dinasti Abbasiyah akhirnya runtuh ! Dengan brutal pasukan Tartar menghancurkan semua sudut kota, menjarah istana, merusak bangunan-bangunan dan sarana umum. Dan yang paling mengerikan adalah dibakarnya jutaan buku, sisanya dihanyutkan ke sungai hingga membuat air sungai berwarna hitam. Hari itu tercatat 800.000 lebih warga Baghdad terbunuh !





Bayangkanlah dahsyatnya kehancuran tsunami yang melanda Aceh dan Jepang silam. Mayat-mayat bergelimpangan. Bangunan, pepohonan, kebun, binatang ternak, sarana umum, semuanya hancur berantakan. Kota yg tadinya ramai mendadak sepi, kelam dan berubah menjadi seperti kota hantu. Seperti itulah yg terjadi dg kota-kota Islam yg terbentang dari Asia Tengah hingga Baghdad ketika dilewati oleh Pasukan Mongol.

Pasukan Mongol mulai melakukan ekspansi ketika berada di bawah pimpinan Temujin yg bergelar Jenghis Khan (Raja Agung). Bertepatan dengan Perang Salib V. Negeri pertama yg mereka serang adalah Khowarizm sekitar tahun 606 H / 1209 M. Kaum muslim yg telah memasuki masa kemunduran dan perpecahan di mana-mana tidak lagi sanggup gelombang serangan brutal pasukan Tartar. Kota demi kota dikuasai. Bukhoro, ibukota Khowarizm, kota Ilmu Pengetahuan yg melahirkan 'ulama-ulama terkenal seperti Imam Bukhori direbut dan diluasai Pasukan Tartar. Masjid-masjid dijadikan kandang kuda, kaum muslimin banyak yg dibunuh dan dijadikan tawanan. 

Perlawanan Sultan Alaudin berhasil dilibas oleh Pasukan Tartar, bahkan beliau tewas pada pertempuran di Mazindaron (1220 M). Pasukan Tartar terus merangsek, menguasa Samarkand, Khurasan (sekarang wilayah Afghonistan, termasuk Naisabur, Maru, Balkh, dan Herat), Farghana dan kota-kota lain di Asia tengah hingga ke perbatasan Baghdad.


Pada tahun 624 H / 1227 M Jenghis Khan mati dan kekuasaannya diwariskan kpd 4 putranya : Juchi, Chagatai, Ogotai dan Toluy. Dari anak terakhirnya inilah, Toluy, kekuasaan Mongol semakin besar, bahkan terbesar dalam sejarah. Mongke, Kubilai, dan Hulago, tiga putra Toluy berhasil memeperluas kekaisaran Mongol. Mongke menetap di Mongol, Kubilai khan pergi ke China dan menguasainya. Di sana dia mendirikan Dinasti Yuan yang pernah mengirim pasukannya ke tanah Jawa. Sedangkan Hulagu pergi bersama pasukannya ke arah Persia.

Pada tahun 1253, dibawah pimpinan Hulagu Khan, pasukan Tartar bergerak dari Mongol untuk membasmi kelompok pembunuh Hasyasyin (assassin) dan menyerang kekholifahan Abbasiyah. Inilah gelombang kedua serangan yg dilakukan bangsa Mongol. Mereka menyapu bersih semua kota yg mereka lewati dan siapapun yg mencoba menghadang perjalanan mereka. Mereka serbu semua kerajaan kecil yg berusaha tumbuh di atas puing-puing dinasti Syah Khowarizm. 

Hulagu mengundang Kholifah Al-Mu'tashim (1242-1258) untuk bekerja sama menghancurkan kelompok Hasyasyin Ismailiyah. Tetapi undangan tsb tidak mendapatkan respon. Pada tahun 1256 pasukan Hulagu berhasil menghancurkan sebagian besar benteng kelompok Hasyasyin, termasuk benteng terbesar mereka di Alamut. Kelompok Hasyasyin akhirnya hancur lebur, bahkan tragisnya bayi-bayi mereka disembelih dengan kejam.

Tidak berhenti sampai di situ, Pasukan Hulagu terus merangsek hingga Khurosan, di sana dia mengirim surat ultimatum kpd Kholifah Abbasiyah di baghdad. Namun Kholifah tidak menjawabnya. 

Sebelumnya, di ibukota kekholifahan Abbasiyah, Baghdad, seorang syi'ah bernama Ibnu Al-'Alqomi telah melakukan pelemahan secara sistematis pada kemiliteran khilafah. Dia mengurangi jumlah tentara hingga tinggal hanya beberapa ribu saja. Dan ketika Pasukan Mongol tiba, dia membujuk Kholfah Mu'tashim untuk menemui Hulagu dalam upaya membuat perjanjian damai. Sampai di sana, bukan perdamaian yg mereka terima, namun mereka justru disembelih satu persatu. Termasuk Ibnu Al-'Alqomi sang pengkhianat.

Dengan terbunuhnya Kholifah Al-Mu'tashim, maka berakhirlah masa kekuasaan Dinasti abbasiyah. Kota Baghdad yang menjadi pusat peradaban dunia kala itu, dg bangunan-bangunan megahnya, masjid-masjid yg indah, Istana mewah, dan perpustakaan besar dibumihanguskan oleh pasukan tartar. Istana dijarah, masjid dan sarana umum lainnya dibakar. Perpustakaan dihancurleburkan. Sejarah peradaban dunia mencatat kebiadaban tersebut. Jutaan buku dibakar. Sisanya dihanyutkan ke sungai Eufrat hingga air sungai berwrna hitam oleh tinta-nya para 'ulama bersamaan dg lunturnya nilai peradaban dan Ilmu Pengetahuan. Sebuah kerusakan yg selamanya tak akan tergantikan.

Warga Baghdad Kocar-kacir tak karuan. Mereka bersembunyi, dikejar dan dibantai tanpa belas kasihan. Sejarah mencatat, 800.000 lebih warga Baghdad terbunuh !

Jangan anda bayangkan kehidupan di Baghdad saat itu seperti kehidupan sekarang ini yg padat. Ini terjadi 7 abad yg lalu ketika kota-kota masih lengang dg tehnologi persenjataan yg masih alakadarnya. Namun begitu, Hampir satu juta manusia meregang nyawa!.

Walaupun Baghdad sudah dibumihanguskan, Hulagu Khan menetap selama 2 tahun untuk memantapkan kekuasaannya sebelum kemudian melanjutkan ekspansi, menyebrangi sunga Eufrat menuju ke Syiria melintasi Gurun Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta Sultan Qutuz yg menjadi Raja kerajaan Mamalik, untuk menyerah. Permintaan tsb ditolak bahkan utusan Kitbugha dibunuhnya.


Pada awalnya penduduk mesir merasa gentar dengan ancaman pasukan tartar. Kebengisan dan Kebrutalan mereka membuat mental Ummat Islam runtuh. Namun Alloh Swt telah berjanji untuk menjaga rislah Dien ini dan menolong hamba-hambanya yg sholih, lewat pemikiran para 'ulama dan keberanian 'umaro, terutama pemimpin Dinasti mamalik pada saat itu, Saifuddin Quthz, Ummat Islam kembali bangkit. Dibawah komando Saifuddin Quthz dan komandan Baybars, kaum muslimin sepakat untuk menyongsong pasukan Mongol di 'Ain Jalut sebelum mereka memasuki mesir. Pertempuran dahsyat terjadi tepat pada bulan romadhon 658 H / 3 september 1260 M. 

Dengan kesabaran dan tekad baja akhirnya kaum muslimin berhasil mengalahkan pasukan Mongol. Pasukan Mongol yang selama puluhan tahun tak terkalahkan ini harus hancur dibawah gempuran pasukan saifuddin Quthz. Kathbugho, pemimpin pasukan tartar terbunuh dengan kepala terpenggal yg diarak keliling kota.

(untuk lebih lengkapnya, silakan baca buku-buku lain yg membahas tentang ini. Seperti Kitab Bidayah Wan Nihayah karya Ibnu Katsir. Atau sebagai pembanding, silakan sampeyan baca buku History of The Arabs)

0 komentar:

Posting Komentar