Senin, 17 Oktober 2016

Berdalih Cari Pejuang Aqamul Mujahidin Rohingya, Militer Lakukan Pembersihan Etnis


Foto: Pasukan keamanan Myanmar bakar rumah-rumah warga Rohingya dengan alih mencari mujahidin Rohingya.
KIBLAT.NET, Rakhine – Kelompok advokasi Rohingya di seluruh dunia terus mengungkapkan keprihatinan serius atas tindakan represif militer dan polisi di Myanmar barat.
Aparat Myanmar saat ini tengah mencari mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan sembilan polisi. Mereka menuding mujahidin Rohingya yang menjadi pelaku serangan itu.
Sembilan orang terbunuh termasuk delapan orang bersenjata di tiga serangan terpisah di pos-pos polisi di perbatasan Myanmar-Bangladesh di barat negara bagian Rakhine pada 9 Oktober lalu.
Pos-pos polisi yang diserang terletak di Maungdaw dan Yathay Taung. Kedua daerah itu sebagian besar ditempati oleh penduduk Muslim Rohingya, yang dijelaskan oleh PBB sebagai salah satu kelompok minoritas yang paling teraniaya di dunia.
Pada akhir pekan ini, sebuah pernyataan dari kelompok “Selamatkan Rohingya dari Pembantaian” menyatakan bahwa militer dan polisi tanpa pandang bulu kembali membunuhi warga Rohingya, membakar dan menjarah rumah-rumah dan desa mereka, dengan dalih mencari penyerang pos polisi.
“Dua kuburan massal telah ditemukan, yang tak kurang berjumlah sekitar 100 warga sipil termasuk orang-orang tua, wanita dan anak-anak atas pembunuhan ekstra yudisial,” kata kelompok itu.
Pernyataan yang dirilis pada Senin, (17/10) itu menambahkan bahwa setidaknya lima desa Rohingya juga telah dibakar saat pasukan pemerintah mencari pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab.
“Penyerbuan aparat telah menyebabkan banyak warga Rohingya melarikan diri desa mereka. Diperkirakan, sekitar 5.000 warga Rohingya telah mengungsi dan menyebabkan bencana kemanusiaan besar. Ada pemberlakuan jam malam dan blokade, ada kekurangan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan akut lainnya. Situasi ini terus memburuk,” tambah kelompok advokasi Rohingya itu.
Kendati demikian, media-media pemerintah Myanmar mengklaim penyerangan 9 Oktober memakan korban tidak lebih dari 33 orang – termasuk empat tentara dan 29 penyerang diduga – telah tewas, termasuk dua perempuan.
Pada tanggal 14 Oktober, pemerintah Myanmar mengatakan bahwa serangan awal pada pos-pos polisi dilakukan oleh organisasi Aqa Mul Mujahidin, yang digambarkan sebagai berafiliasi dengan Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO), sebuah kelompok yang dicap ekstremis oleh rezim junta militer Myanmar.

0 komentar:

Posting Komentar