Rabu, 04 Juni 2014

Tipu Daya Syetan

Oleh: Kayis El-Khandary
Allah Ta’ala befirman mengabarkan tentang musuhnya iblis saat Dia menanyakan padanya mengapa menolak bersujud kepada Adam serta alasannya bahwa dia lebih baik dari Adam, sehingga Dia meng- usirnya dari surga lalu iblis meminta tenggang waktu, dan Allah pun memberikannya, kemudian berkatalah musuh Allah tersebut
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati ke- banyakan mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raaf: 16-17).
Makna bahwa saya akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus adalah seakan-akan syetan itu berkata, “Saya akan tekan mereka, saya akan terus mengintai mereka, dan saya akan senan- tiasa membelokkan mereka dan sebagainya.”
Ibnu Abbas berkata, “Maksud dari jalan Engkau yang lurus adalah dari agama-Mu yang nyata.”
Ibnu Mas’ud berkata, “la adalah Kitabullah.” Jabir berkata, “la adalah Islam.” Mujahid berkata, “la adalah kebenaran.”

Semua yang dikatakan di atas, sesungguhnya kembali kepada satu makna, yaitu jalan yang menghubungkan kepada Allah Ta’ala.
Dan dalam hadits Sabrah bin Al-Fakih di muka telah disebutkan,
“Sesungguhnya syetan menghalang-halangi anak Adam dengan segala ja- lan. ” (Al-Hadits). Sehingga tidak ada suatu jalan kebaikan pun melainkan syetan menghalang-halangi dan memutuskan orang yang melaluinya.
Adapun firman Allah, “Kemudian saya akan mendatangi mereka dart muka mereka”, menurut Al-Hasan maksudnya adalah dari sisi akhirat, dengan mendustakan Hari Kebangkitan, surga dan neraka.
Mujahid berkata, “Dart muka mereka”, maksudnya ke mana saja mereka memandang.”
“Dan dari belakang mereka”, Ibnu Abbas berkata, “Saya akan mem- buat mereka cinta terhadap dunia.” Al-Hasan berkata, “Saya akan meng- hiasi dunia mereka dan membuat mereka cinta kepadanya.” Dan dalam riwayat Ibnu Abbas yang lain disebutkan, “Maksudnya dari sisi akhirat.” Abu Shalih berkata, “Saya akan membuat mereka ragu-ragu dalam hal akhirat dan menjauhkan mereka daripadanya.” Mujahid juga berkata, “Dari sisi mana mereka tidak mampu melihat.”
“Dan dari kanan mereka”, Ibnu Abbas berkata, “Saya akan samarkan atas mereka urusan agama mereka.” Abu Shalih berkata, “Aku akan membuat mereka ragu-ragu dalam hal kebenaran.” Dan riwayat lain dari Ibnu Abbas, “Dalam hal kebaikan-kebaikan mereka.”
Abu Shalih juga berkata, “Dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.” Maksudnya aku akan membuat mereka bersikap munafik dan menjadikan mereka cinta kepadanya.”
Al-Hasan berkata, “Dan dari belakang mereka. “Maksudnya keburuk- an-keburukan yang ia perintahkan dan anjurkan serta yang ia hiaskan dalam pandangan mereka.”

Dan dalam riwayat shahih (oleh Al-Lalika’i dalam Syarhu Ushulis Sunnah dengan sanad hasan) dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu disebutkan bahwa ia berkata, “Syetan tidak berkata dari atas merekakarena ia tahu bahwa Allah ada di atas mereka.”
Asy-Sya’bi berkata, “(Karena) Allah Azza wajalla menurunkan rahmat dari atas mereka.” Qatadah berkata, “Wahai manusia, syetan mendatangi kalian dari semua arah, hanya saja ia tidak mendatangimu dari atas, karena ia tidak dapat menghalang-halangi dirimu dari rahmat Allah.”
Al-Wahidi berkata, “Orang yang mengatakan, kanan merupakan sindiran dari berbagai kebaikan dan kiri merupakan sindiran dari kebu- rukan-keburukan adalah baik, karena kalau orang Arab berkata, ‘Jadi- kanlah aku di sebelah kananmu dan jangan kamu jadikan aku di sebelah kirimu’, maksudnya jadikanlah aku di antara orang-orang terdekatmu dan jangan engkau jadikan aku orang-orang yang jauh daripadamu.”
Syaqiq berkata, “Tidaklah datang suatu pagi kecuali syetan meng- intaiku dari empat arah: Dari arah muka, belakang, kanan dan kiri, lalu dia berkata, ‘Janganlah kamu takut sesungguhnya Allah Maha Pengam- pun lagi Maha Penyayang’, maka aku pun membaca ayat

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih kemudian tetap dijalan yang benar.” (Thalia: 82).
Adapun dari belakangku, maka syetan menakut-nakutiku akan ter- lantarnya orang yang aku tinggalkan maka aku membaca ayat,


“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (Huud: 6).
 Dan dari sebelah kananku, syetan mendatangiku melalui wanita, maka aku membaca ayat,
“Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Al-A’raaf: 128).
Dalam kitab Nashihatul Ikhwan oleh Ibnu Syaikh Al-Hazzamin, dengan ta’liq (catatan kaki) dari saya terdapat pembahasan panjang dalam masalah yang oleh sebagian para penulis kontemporer sering rancu.
Dan dari sebelah kiriku syetan mendatangiku melalui berbagai syahwat dan keinginan, maka aku membaca ayat,

Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini.” (Saba’: 54).
Saya berkata, “Jalan-jalan yang dilalui oleh manusia hanya ada empat. la terkadang memilih jalan kanan, terkadang memilih jalan kiri, terkadang ia kembali ke belakang (di samping ia berjalan ke depan). Jalan mana saja yang ia tempuh dari berbagai jalan ini ia akan mendapati syetan senantiasa mengintai dirinya. Jika ia berjalan padanya dalam ketaatan, maka ia akan mendapati syetan berada padanya untuk merintangi, memutuskan, menghalang-halangi atau melambatkannya. Tetapi jika pada jalan itu ia melakukan maksiat, maka ia akan mendapati syetan tersebut mendorongnya, membantu, menolong dan memberinya angan-angan. Dan seandainya ia bisa berjalan ke bawah, niscaya syetan akan mendatanginya dari arah itu.”
Di antara yang menjadi bukti kebenaran apa yang dikatakan para salaf di muka adalah firman Allah,
“Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka.” (Fushshilat: 25).
Al-Kalbi berkata, “(Maksudnya) Kami jadikan syetan-syetan sebagai teman-teman setia mereka.”
Muqatil berkata, “Kami sediakan untuk mereka teman-teman dari bangsa syetan.”
Ibnu Abbas berkata, “Apa yang ada di hadapan mereka berupa urus- an dunia dan apa yang ada di belakang mereka berupa urusan akhirat.” Dan maknanya adalah syetan-syetan itu menjadikan mereka meman- dang baik masalah dunia sehingga mereka mengutamakannya, serta mengakibatkan mereka mendustakan akhirat dan berpaling daripada- nya. Karena itu ucapan musuh Allah, “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari arah muka dan belakang mereka”, menghimpun urusan du- nia dan akhirat.
Sedangkan maksud firman-Nya, “Dari kanan dan kiri mereka”, ada- lah bahwa malaikat kebaikan dari sisi kanan menganjurkan temannya agar melakukan kebaikan, lalu dari arah yang sama syetan datang untuk menghentikannya dari melakukan hal tersebut. Dan bahwa malaikat keburukan dari arah kiri melarang dari yang demikian, tetapi kemudian syetan datang dari arah yang sama untuk menganjurkannya.
Hal ini merupakan keterangan rinci dari firman-Nya,
“Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya.”(Shaad: 82).
Allah juga befirman,
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syetan yang durhaka, yang dilaknati Allah dan syetan itu mengatakan, ‘Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar- benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan- angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga unta), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syetan menjadi pelin- dung selain Allah maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membang- kitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syetan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (An-Nisa’: 117-120).

Adh-Dhahhak berkata, “Kata mafrudha dalam ayat di atas berarti yang telah diketahui.” Az-Zajjaj berkata, “Maknanya, bagian yang saya haruskan untuk saya.” Al-Farra’ berkata, “Yaitu jalan yang diberikan untuknya oleh manusia, sehingga ia seakan-akan sesuatu yang diharus- kan.” Saya berkata, “Hakikat al-fardh adalah at-taqdir (ukuran).”
Maknanya, siapa yang mengikuti* dan mentaati syetan maka orang itu menjadi bagian yang diperoleh syetan. Setiap orang yang mentaati musuh Allah maka dia merupakan bagian musuh itu. Maka manusia terbagi menjadi dua: Bagian dan perolehan syetan, sedang yang lain kekasih dan golongan Allah.
Dan firman-Nya, “Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka maksudnya dari kebenaran. Lalu firman-Nya, “Dan aku akan membangkitkan angan-angan kosong bagi mereka”, menurut Ibnu Abbas yaitu syetan ingin membelokkan dari taubat serta mengakhirkannya. Kata al-batku dalam ayat di atas berarti al-qath’u (memotong). Dan dalam hal ini, para mufassir sepakat bahwa maksudnya adalah memotongi telinga-telinga bahirah.

Dari sini lalu para ahli ilmu membenci dilubanginya kedua telinga anak kecil untuk anting-anting, tetapi sebagian membolehkannya bagi perempuan dan bukan untuk laki-laki,”‘ karena dibutuhkan untuk per- hiasan. Mereka mendasarkannya pada hadits Ummu Zar’, yang di dalamnya disebutkan, “Ada orang-orang yang memakai perhiasan di telinganya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim dari Aisyah). Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Saya bagimu adalah seperti, Abu Zar’ terhadap Ummu Zar’.”
Imam Ahmad Rahimahullah membolehkan hal tersebut bagi anak perempuan, dan tidak terhadap anak laki-laki.
Dan firman-Nya, “Dan akan aku suruh mereka, lalu benar-benar mereka mengubahnya.” Ibnu Abbas berkata.’Tang dimaksudkan adalah agama Allah.” Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ibrahim, Mujahid, Al-Hasan, Adh-Dhahhak, Qatadah, As-Suddy, Sa’id bin Musayyib dan Sa’id bin Jubair.
Dan itu maknanya bahwa Allah telah menjadikan segenap hamba- nya di atas fitrah yang lurus, yaitu agama Islam, sebagaimana firman Allah,
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya.” (Ar Ruum: 30-31). 

  Karena itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda
” Tidaklah seorang anak itu dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana binatang dihasilkan dari binatang seluruhnya, apakah kalian melihat bagian tubuhnya terpotong, kecuali kalian sendiri yang memotongnya? Lalu Abu Hurairah membaca ayat, ‘Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu’.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits di atas Nabi Shallallahu Alaihi uia Sallam menghim- pun antara dua hal: Pengubahan fitrah dengan menjadikannya sebagai orang Yahudi dan Nasrani, dan pengubahan bentuk kejadian dengan memotong anggota badan.
Dan dua hal itulah yang dikabarkan iblis, yang benar-benar bakal ia lakukan. Maka ia pun mengubah fitrah Allah dengan kekafiran, dan itu berarti mengubah penciptaan yang di atasnya ia diciptakan. Lalu iajuga mengubah bentuk kejadian dengan memotong anggota tubuh. Fitrah ia ubah kepada kemusyrikan dan bentuk kejadian ia ubah dengan me- motong anggota badan. Yang pertama pengubahan penciptaan ruh, dan yang kedua pengubahan penciptaan bentuk.
Kemudian Allah befirman, “Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka.”  Janji syetan adalah apa yang masuk ke dalam hati manusia, seperti umurmu akan panjang, engkau akan mendapatkan kenikmatan dunia, engkau akan melampaui kedudukan kawan-kawanmu, engkau akan menang atas musuh-musuhmu, dunia ini berputar karena itu ia akan menjadi milikmu sebagaimana telah menjadi milik orang lain dan sebagainya. Demikian- lah, syetan terus memperpanjang angan-angan mereka, menjanjikan yang baik-baik kepada sekutunya dan para ahli maksiat, juga memberi- kan angan-angan kosong dengan segala macamnya.
Perbedaan antara janji dan angan-angan yang diberikan syetan ada- lah janji itu janji batil, dan ia memberikan angan-angan yang mustahil. Tetapi jiwa yang hina, yang tak kuasa melakukan sesuatu akan menelan saja janji dan angan-angan yang diberikan syetan, sebagaimana dikata- kan,
“Angan-angan itu jika benar, maka ia adalah sebaik-baik angan-angan.
Jika tidak, maka kami telah hidup bahagia dengannya beberapa saat.”
Jiwa yang batil dan nista akan merasa nikmat dengan angan-angan yang batil dan janji-janji dusta. Ia akan senang dengannya sebagaimana para wanita (bodoh) dan anak-anak senang dengannya, bahkan berusaha menggapainya. Ucapan-ucapan yang batil sumbernya adalah janji-janji dan angan-angan kosong syetan. Syetan menjanjikan kepada orang- orang perdayaannya bahwa mereka bakal mendapatkan kebenaran, serta menjanjikan bahwa kebenaran itu bakal sampai kepadanya tanpa melalui jalannya. Maka, setiap kebatilan adalah masuk dalam firman- Nya,

“Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syetan itu tidak menjanji- kan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (An-Nisa’: 120).
Termasuk di dalamnya adalah firman Allah,
“Syetan menjanjikan kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.” (Al-Baqarah: 268)
Dikatakan, “Syetan menjanjikan kamu dengan kemiskinan”, maksud- nya menakut-nakutimu dengan kemiskinan. Syetan itu berkata bahwa jika kamu menginfakkan hartamu maka kamu akan jatuh miskin. “Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan.” Kejahatan dalam ayat ini secara khusus maksudnya adalah perbuatan kikir.
Dan disebutkan dari Muqatil dan Al-Kalbi, “Setiap fasya‘ (kejahat- an) dalam Al-Qur’an maksudnya adalah zina, kecuali yang ada dalam ayat ini, maksudnya adalah kekikiran.”
Yang benar adalah kejahatan tergantung pada sebabnya. la berarti setiap kejahatan. la merupakan sifat bagi sesuatu yang tidak diketahui. Dan tidak diketahuinya sesuatu yang disifati adalah tanda keumuman- nya, yakni perbuatan jahat dan keinginan jahat, termasuk di dalamnya kekikiran. Maka Allah menyebutkan janji syetan dan perintahnya, yakni syetan itu memerintahkan mereka berbuat kejahatan dan menakut- nakuti mereka dari berbuat baik. Dan dua hal ini merupakan inti dari apa yang dicari syetan dari manusia. Sebab jika syetan menakut-nakuti manusia dari perbuatan baik maka ia akan meninggalkannya, dan jika ia memerintahkan manusia berbuat jahat dan menganggapnya sebagai hal yang baik maka manusia pun melakukannya. Dan Allah menamakan perbuatan syetan yang menakut-nakuti itu sebagai janji untuk menunggu terhadap sesuatu yang kepadanya seseorang ditakut-takuti itu, sebagai- mana orang yang diberi janji menunggu terhadap apa yang kepadanya ia dijanjikan. Kemudian Allah menyebutkan janji-Nya bagi orang yang mentaati-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan ampunan dan karunia. Adapun ampunan adalah penjagaan terha-dap kejahatan sedang karunia adalah pemberian kebaikan.

Wallahu’alam bisshowab
di sadur dari kitab  Mawaridul Aman Al-Muntaqa min Ighatsatul Lahfan fi Mashayidisy Syaithan    
Karya: Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah

0 komentar:

Posting Komentar